Menurut tradisi lisan, nama Sewon diambilkan dari nama Syeh Sewu yang dikenal sebagai penyebar agama Islam. Terdapat sepenggal kisah yang menyatakan bahwa Syeh Sewu merupakan orang yang berasal dari tanah Arab yang bertandang ke Pulau Jawa. Ia bersama Syeh Maulana Maghribi, Syeh Bela Belu, dan Syeh Damiaking getol syiar agama Islam di telatah Jawa. Tujuan pertama ketiga Syeh itu, yaitu wilayah Pantai Selatan Pulau Jawa, khususnya di kawasan Pantai Parangtritis, Parangkusuma, Karang Bolong, dan Bantul pada umumya. Namun, Syeh Sewu meninggal di sebuah dusun yang sekarang dinamakan Dusun Sewon. 

Sementara dijumpai versi lain yang menjelaskan Syeh Sewu adalah pelarian dari Majapahit yang menetap dan tutup usia di Dusun Sewon. Hingga kini makam Syeh Sewu sebagai cikal bakal dusun (lalu Kecamatan Sewon) masih terawat dengan baik. Hanya saja, Makam Syeh Sewu tifak berbatu nisan. Menurut Hisham Anwar (73) selaku salah satu pengurus atau sesepuh Masjid Syeh Sewu, tiadanya nisan ini memang disengaja. Semasa hidup, Syeh Sewu berpesan kepada warga setempat jika kelakk dirinya meninggal, kuburannya tidak perlu diberi nisan. Terdapat pula makam tokoh lain yang tidak jauh dari makam Syeh Sewu, yaitu Makam Tumenggung Ranadigdaya dan Nyai Sedah Mirah. Merujuk folklore, kedua tokoh itu adalah punggawa Kerajaan Kasultanan Yogyakarta. Disebutkan salah satu keturunan Tumenggung Ranadigdaya diperistri Sultan Hamengku Buwana. Salah satu peninggalan Syeh Sewu yang sampai sekarang masih terlestarikan di Sewon berupa bangunan Masjid yang diberi nama Masjid Syeh Sewu. Masjid itu hingga kini terawat baik dan dipakai untuk sembahyang penduduk setempat.
 

MASJID SYEKH SEWU – CIKAL BAKAL NAMA... - Sejarah Jogyakarta | Facebook

Periode kerajaan, menurut Almanak tahun 1890, Distrik Sewon dipegang oleh Mas Panji Jayadiwirya, yang membawahi mantri pulisi Dhukuh (Ngabèi Jayasuwôngsa), Bakulan (Ngabèi Jayasêpônca), dan Kapurancak (Ngabèi Jayawiyana). Seiring perjalanan waktu, di Sewon berdiri kantor onder district atau asistenan wedana yang dinamakan Keasistenan Wedanan Sewon. Kantor kawedanan tersebut pernah pula dipindahkan ke Dusun Cabeyan, lalu ke Dusun Dadapan. Dari Dusun Dadapan berpindah lagi ke Dusun Cabeyan. Dari Cabeyan ini lantas digeser lagi ke Ngijo (Kantor Kecamatan Sewon sekarang). Kecamatan Sewon dewasa ini memayungi Kalurahan Panggungharjo, Timbulharjo, dan Pendowoharjo. Berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Hal Perubahan Daerah-daerah Kalurahan dan Nama-namanya, Kapanewon (Kecamatan) Sewon yang awalnya memiliki 17 kalurahan berubah menjadi 4 kalurahan saja. Adapun Kalurahan tersebut antara lain :

(1) Kalurahan Timbulharjo merupakan gabungan Kalurahan Rendeng, Dadapan, Sudimoro, Kowen, dan Kepek. 

(2) Kalurahan Bangunharjo merupakan gabungan Kalurahan Saman, Wojo, Ngoto dan Jurug. 

(3) Kalurahan Panggungharjo merupakan gabungan Kalurahan Cabeyan, Prancak, dan Krapyak. 

(4) Kalurahan Pendowoharjo merupakan gabungan Kalurahan Pendowo, Karanggede, Krantil, Bandung, dan Ngrukem.

 

Sumber :

Diskebud Bantul. 2019. “Sejarah Kabupaten Bantul”. Bantul: Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul