Membangun Paradigma Baru dengan Universal Desain

Membangun Paradigma Baru dengan Universal Desain 
Wijang Wijanarko & Karina Bunga Hati 
Staf Ahli Akses Disabilitas CUDD UGM 
(09.20)

Mengapa universal desain?
Hingga saat ini, desain pembangunan masih didominasi kelompok normal, dan masih belum banyak melihat masyarakat yang tidak dominan seperti kelompok penyandang disabilitas.

Paradigma :
Bukan sekedar sudut pandang

Ketunaan dan Disabilitas ,:
Ketunaan - Hilangnya fungsi psikologis atau anatomis karena cedera atau sakit, ex:, amputasi, kebutaan, dsb.

Disabilitas - Hasil interaksi antara org dengan ketunaan dan hambatan lingkungan serta sikap yg menghambat partisipasi penuh dalam masyarakat secara menyeluruh.
Disabilitas terjadi karena ketunaan atau kondisi bawaan non medis dan tidak didukung oleh lingkungan sekitarnya.

Hambatan yg mengakibatkan Disabilitas:
1. Hambatan sikap - stigma, diskriminasi, menganggap tidak mampu.
2. Hambatan Lingkungan - kurangnya akses informasi dan akses fisik. 
3. Hambatan Institusional - kebijakan, peraturan serta sistem yang belum berpihak pada isu disabilitas.

Cara pandang penyandang disabilitas :
1. Karikatif - berdasarkan belas Kasihan
2. Medis - dianggap sakit
3. Sosial Model - melihat disabel dari hambatan yang dihadapi
4. Hak Asasi Manusia - tiap penyandang disabilitas adalah warga negara yang memiliki hak solusi/ aksi berdasarkan pendekatan Hak

Pemberian faislitas bagi penyandang disabilitas bukan sebagai wujud belas Kasihan, namun karena  hak bagi penyandang disabilitas. 
Fyi : DIY memiliki jumlah ketunaan dan disabilitas yang melonjak pasca gempa.

Aksesibilitas :
Kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas dan lansia guna mewujudkan kesamaan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Prinsip mobilotas aksesibilitas fisik dan kemwmpuan sosial
1. Reach - ketercapaian 
2. Enter - dapat dimasuki
3. Circulate - dapat bersikulasi/ berinteraksi
4. Use  - dapat digunakan semua orang

Asas aksesibilitas
1. Kemudahan
2. Kefunaan
3. Keselamatan
4. Kemandirian

Penutup :
Membangun kondisi inklusif sangat diperlukan pada penataan desain yang suportif
(12.20)